6.7.14

Inikah hasil demokratisasi Indonesia?

Mohon maaf jika ada yang merasa tersinggung. Ini sekedar ngomongan orang asing yang belum hafal betul tentang Indonesia.

Apakah ada input baru yang sangat bagus dari pihak Prabowo-Hatta yang menaikkan dukungannya secara signifikan?

Sebaliknya, apakah ada kesalahan fatal yang menurunkan dukungan terhadap Jokowi-JK di dalam kampanye Pilpres kali ini?

Sayang sekali, belum terlihat pembahasan serius tentang masalah-masalah dan kebijakan krusial yang dihadapi oleh Indonesia saat ini dan masa depan. Kayaknya jauh lebih sibuk melakukan kompetisi manupilasi informasi dan menjatuhkan citra orang satu sama lain. Banyak orang bergerak hanya berdasar rasa sakit hati.

Inikah hasil demokratisasi Indonesia? Mohon lebih serius berpikir dan beraksi untuk masa depan yang baik untuk anak dan cucu anda masyarakat Indonesia.

4.7.14

Merasa banggakah jika menang dengan kampanye hitam?

Banyak pihak merasa bosan dan benci terhadap kampanye hitam dan negatif yang sedang ramai di dalam Pilpres kali ini.

Seolah-olah orang Indonesia sangat senang menjelekkan orang dan mencari kesalahan orang, daripada membahas masa depan Indonesia dan memikirkan ide-ide baru yang akan terwujud untuk zaman anak dan cucu kita. Sayang sekali !

Pernah saya bertanya lewat Twitter. Apakah pemenangnya merasa bangga jika menang karena kampanye hitam dan negatif?

Mengapa saya bertanya? Karena ada yang mengatakan bahwa harus menang dengan cara apa pun. Ini karena harus ada pengembaliannya terhadap banyak investasi dana yang telah ditanam untuk Pilpres.

Saya sering dengar bahwa ajaran agama di Indonesia sangat penting. Apakah ajaran agama memperbolehkan kemenangan dengan cara-cara yang kotor dan yang melukai pihak lain?

Jika ini dibenarkan karena penting untuk mengembalikan dana investasi politik, mereka berdoa apa untuk Tuhan setiap kali? Hanya untuk dirinya sendiri saja?

Saya merasa sedih melihat situasi seperti ini. Dalam kampanye Pilpres kali ini, sulit dengar pikiran dan ide untuk memperbaiki berbagai keadaan saat ini untuk Indonesia masa depan yang lebih baik. Tidak dengar diskusi positif untuk menagatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh Indonesia ini.

Yang adanya saling menjelekkan dan mencari kesalahan saja.

Selainnya, hanya kompetisi imej calon presiden dan wakil presiden saja. Sama sekali tidak produktif. Arahan visi dan misi kedua kubu sebenarnya tidak jauh berbeda, meskipun pendekatan dan caranya sangat berbeda.

Masih terlihat intimidasi dan pemaksaan pemilihan calon tertentu oleh atasan atau tokoh masyarakat. Seolah-olah jika tidak ikut intimidasi dan pemaksaan tersebut, dia akan dapat sanksi atau dieportasi dari komunitasnya. Apakah Indonesia sudah menjadi negara demokratis atau tidak?

Atasan atau tokoh masyarakat tersebut tidak mau membeli kesempatan kepada bawahannya untuk berpikir sendiri. Hanya maunya loyalitas saja. Ini namanya dictatorship atau authoritarianism. Masih ada kubu calon presiden dan wakil presiden yang memakai cara-cara ini untuk memaksakan pemilihannya.

Negara demokratis tidak mungkin terwujud tanpa masyarakat yang mampu berpikir sendiri dengan pertanggungjwabnya sendiri. Namun, elit politik dan kalangan atas belum siap menghadapi masyarakat yang berpikir sendiri. Masih mengharapkan masyarakat yang jujur (artinya hanya ikut atasan).

Kapan Indonesia menjadi negara demokratis yang benar?

Sekali lagi saya bertanya. Apakah pemenangnya merasa bangga jika menang karena kampanye hitam dan negatif? Karena menjelekkan pihak lain dengan fitnah dan kebohongan?

Jika jawabannya ya, kesedihan saya tidak akan mungkin hilang dari hati saya. Dan saya benci sama saya sendiri karena belum bisa benci terhadap Indonesia yang demikian.